Merinding di Museum KAA

Tulisan kali ini dibuka dengan Konferensi Asia Afrika (KAA). Eh, jangan kabur dulu, flashback sejarah sebentar ya. Wacana KAA diperkenalkan zaman sekolah dalam pelajaran sejarah dan dari lima tokoh utama penggerak aksi damai negara-negara non-blok, pasti paling ingat sama U Nu kan, perdana menteri Myanmar yang namanya paling gampang dihafalin.

Momen bersejarah ini digelar pada 18-24 April 1955 dan menyita perhatian bangsa-bangsa. Bandung beruntung bisa masuk dalam sejarah sebagai tuan rumah penyelenggara konferensi pertama dan di sini pula lahir kesepakatan bertitel Dasa Sila Bandung. Selang beberapa dekade, generasi masa kini dapat mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika (Museum KAA) untuk napak tilas sejarah.

Museum di kawasan Estetik

Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) berada di Jalan Asia-Afrika, kawasan lawas yang jadi kesukaan anak-anak fotografi. Enak jalan-jalan santai sekitar sini, mulai dari Hotel Savoy Bandung sampai Museum KAA dan Gedung Merdeka. Jangan lupa bawa kamera kesayangan untuk mendokumentasikan tiap detil bangunan bertema Art Deco di kawasan ini.

Di sisi barat bangunan tepatnya di sepanjang Jalan Braga, suasananya kayak Kota Tua di Eropa. Dengan kursi taman yang dipajang, trotoar yang rapi tanpa sampah, juga lampu kota dengan desain klasik dari ukiran besi.

Kalau mau ke Museum KAA bisa masuk dari pintu depan yang nggak terlihat seperti pintu masuk. Tidak ada papan petunjuk dan saat itu museum kelihatan sepi, sampai-sampai saya mengira sedang tutup. Begitu buka pintu, wah di dalam ramai dengan rombongan anak sekolah. Dekat pintu masuk ada meja penerima tamu, di sini pengunjung wajib isi data diri dan bebas biaya masuk. Enak ya kalau masuk museum gratis.

Ada apa di Museum KAA? Ada koleksi sejarah dan dokumentasi konferensi akbar. Di sisi kiri pintu masuk ada replika mini tempat konferensi berlangsung, lengkap beserta patung para petinggi negara yang hadir, semacam diorama tapi dalam versi besar.

Di areal lain menampilkan foto-foto hitam-putih yang merekam tiap kejadian yang berlangsung sebelum, pada saat KAA, dan pasca konferensi. Tiap foto dilengkapi keterangan singkat mengenai siapa dan momen yang didokumentasikan. Selain foto, ada juga beberapa barang peninggalan yang pernah dipakai salah satu tokoh sebelum dan pada saat konferensi berlangsung.

Hanya Sejengkal ke Gedung Merdeka

Seusai mengitari ruang pamer, pengunjung menyeberang ke Gedung Merdeka. Bangunan Museum KAA dan Gedung Merdeka tidak terpisah hanya dihubungkan lorong. Di Gedung Merdeka inilah ruangan konferensi berlangsung.

Begitu masuk, saya nggak berhenti mengagumi ruangan sakral ini. Langit-langit bercat putih dengan bentuk cenderung oval terlihat menakjubkan di atas sana. Kursi-kursi berbahan suede warna merah marun menghiasi ruang duduk. Di depan, ada panggung sederhana dengan jajaran bendera negara-negara peserta konferensi.

Saya kemudian duduk di bangku paling belakang karena bagian depan diisi rombongan anak sekolah. Dalam diam saya takjub, nggak lama merinding. Bukan, bukan karena hal-hal mistis tapi kagum sendiri karena ruangan ini pernah diisi para petinggi negara dari Asia dan Afrika. Sukarno pernah di sini, Jawaharlal Nehru juga, begitupun Ali Sastroamidjojo. Orang-orang yang zaman sekolah namanya disebut-sebut kini saya berada di ruangan yang sama tempat mereka mencetak sejarah.

Rasanya ingin lama-lama di situ tapi saya masih punya rencana di sisa hari. Setelah memandang berkeliling untuk terakhir kalinya, saya keluar dari ruang sidang. Di luar Gedung Merdeka tepatnya di samping sungai, terdapat foto hitam-putih Sukarno. Tidak sendiri, ia berpose bersama beberapa tokoh dunia terkenal pada masa itu, ada yang bersama John F. Kennedy, ada juga yang berdampingan dengan Che Guevara.

Sisi timur Gedung Merdeka menawarkan nuansa klasik dengan trotoar dan kursi-kursi taman. Ikuti saja jalan dan akan menemukan plang Jalan Soekarno yang berhadapan langsung dengan Jalan Asia-Afrika. Di sepanjang jalan ini juga terdapat beberapa bangku kayu yang bisa dijadikan tempat santai di sore hari, seperti yang saya lakukan waktu itu. Kalau mau cari ruang terbuka yang nyaman, bisa jalan kaki lima menit ke Alun-alun Kota Bandung.

Museum Konferensi Asia Afrika

Jl. Asia Afrika No. 65, Braga

Bandung – Indonesia

Tel. 022-423 3564

Leave a comment